Bismillah

ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ‎​​​
Dengan nama ALLAH yg Maha Pengasih Maha Penyayang
In the name of ALLAH the Most Gracious the Most Merciful

Wednesday, May 21, 2014

Negative Campaign

Sejujurnya, saya kurang tahu persis apa arti negative campaign (kampanye negatif). Saya coba artikan sendiri dengan mengacu pada arti dari kata2 yg digunakan. Negative / negatif adalah lawan dari positive / positif. Negatif pasti ada jika ada positif. Mereka adalah keniscayaan. Setiap manusia punya sifat negatif dan positif, ada sisi baik dan buruknya, bagus dan jeleknya, emang udah dari sononya begitu. Bahkan Nabi Muhammad saw pun pernah berbuat hal negatif dengan menunjukkan wajah masam kepada seseorang, dan ALLAH SWT langsung menegur beliau. Kalau selevel Nabi saw, manusia paling sempurna, aja pernah berlaku negatif, apalagi capres yang cuma manusia biasa sama seperti kita...

Fenomena negative campaign selalu muncul di masa2 pemilu ini, terutama pemilu presiden (pilpres). Setiap capres pasti hanya mengkampanyekan hal2 positif tentang dirinya. Nyaris ga ada (kabarin saya kalo ada) capres yg terang2an ngumumin sisi negatif dirinya. Namun, namanya juga keniscayaan, selalu ada yg melemparkan sisi negatif si capres untuk mengimbangi sisi positifnya. Umumnya yg 'dituduh' sebagai yg ngelempar negative campaign adalah lawan politiknya. Namun, ada pula analisa yg mengatakan bisa jadi yg melempar isu negative adalah kubu si calon sendiri, untuk memposisikan si calon sebagai pihak 'teraniaya' yg di Indonesia bisa menimbulkan simpati dan berujung pada kemenangan si capres pada pilpres.

Banyak orang yang menabukan negative campaign. Dalam Islam, seorang yg suka membicarakan keburukan orang lain diumpamakan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Makanya Islam melarang umatnya untuk bergunjing, ngegosip atau istilah Islamnya: ghibah. Maka ga heran kalo ada yg menyamakan negative campaign dengan ghibah. Sekilas pendapat ini ada benarnya, karena faktanya memang negative campaign adalah membahas hal2 buruk tentang capres tertentu. Namun, dalam sistem demokrasi yg kini dianut Indonesia, membicarakan keburukan capres tidak bisa dihindari. Sederhananya, sistem demokrasi mengharuskan seseorang mengajukan dirinya untuk suatu jabatan. Lalu orang (calon) tersebut membeberkan hal2 yg membuatnya pantas untuk menduduki jabatan tersebut. Seorang calon harus mengumumkan hal2 positif tentang dirinya untuk meyakinkan calon pemilih untuk memilih dia. Yang positif dimunculkan, pasti negatif-nya suka ga suka akan muncul juga. Sekali lagi, itu sebuah keniscayaan. Jadi orang2 yang mengkaitkan negative campaign dengan ghibah, sebaiknya juga mengusulkan utk mengubah sistem demokrasi di Indonesia. Ganti dengan sistem Islam, dimana seorang pemimpin itu tidak mencalonkan diri melainkan dipilih dan diangkat oleh Majelis Syuro. Karena tidak mencalonkan diri, maka tidak ada kampanye. Tidak ada kampanye berarti negative campaign tidak ada.

Jadi mari kita terima negative campaign sebagai suatu keniscayaan selama Indonesia kita masih menganut sistem demokrasi. Negative campaign menurut saya baik, sepanjang hal2 yang dibicarakan memang sesuai fakta dan bukan fitnah. Pemimpin suatu kaum memang sebaiknya adalah orang terbaik dari sekian banyak orang yg ada di kaum tersebut. Untuk memastikan kita memilih orang terbaik, maka kita harus tahu segala hal tentang calon pemimpin tersebut. Segala hal, berarti termasuk keburukannya. Karena manusia bukan malaikat, manusia tempatnya dosa, siapapun pasti punya catatan amal buruk, pasti punya cacat, tinggal kita pilih mana yg keburukannya lebih bisa diterima dan dimaafkan. Sambil juga kita pertimbangkan kebaikan2 mereka. Gunakan hati nurani masing2, pertimbangkan baik buruknya untuk bangsa Indonesia ke depannya. Bangsa ini sudah 2 kali melakukan pemilihan presiden secara langsung, sudah 2 periode punya presiden hasil pilihan langsung. Semoga pengalaman selama dua periode ini bisa dijadikan pelajaran dalam pilpres 2014 ini. Aamiin..

No comments:

Post a Comment