Al-Quran
surat Ali Imran ayat 110 ini jelas mengatakan bahwa umat Islam adalah umat
terbaik, jika mengajak/menyuruh pada kebaikan, mencegah/melawan
keburukan/kejahatan dan beriman pada Allah swt (tauhid). Amar ma'ruf aja ga
cukup. Wajib pula beriman pada Allah swt. Seorang yang baik hati, santun,
sering membela/membantu yang lemah tapi kafir akan sia-sia amalannya. Lihat
surat An-Nur ayat 39.
Sebaliknya,
beriman aja ga cukup. Harus dilengkapi dengan amar ma'ruf nahi mungkar. Sebab
jika beriman saja cukup, iblis laknatullah tak akan diusir dari surga. Iblis
pun bertauhid. Dia percaya Allah swt adalah satu-satunya penguasa alam semesta.
Tapi dia sombong, menganggap dirinya lebih baik dari Adam as. Sombongnya
membuat dia berani membangkang perintah Allah swt. Maka Allah swt melaknat dia,
namun mengijinkan dia untuk menggoda manusia untuk dijadikan teman di neraka
kelak. Maka jadilah iblis sebagai makhluk yang ber-amar mungkar nahi ma'ruf.
Kebalikan dari syarat menjadi umat terbaik di surat Ali Imran 110.
Dalam
ber-amar ma'ruf nahi mungkar, yang lebih "menantang" untuk dilakukan
adalah nahi mungkar. Sunnatullah, setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci.
Jika dalam perjalanan hidupnya dia berubah menjadi buruk maka akan lebih mudah
untuk diajak kembali menjadi baik karena pada dasarnya dia orang baik.
Namun,
untuk mencegah manusia melakukan keburukan atau bahkan menghilangkan keburukan
itu diperlukan cara khusus. Tak cukup dengan diajak, diingatkan atau didakwahi,
walau dengan berbagai dalil. Ada hadits Rasulullah saw mengenai cara ber-nahi
mungkar ini;
Dari Abu Sa'id Al Khudri ra dia
berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda 'Barangsiapa di antara kalian
melihat kemungkaran, hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya. Apabila tidak
mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan
hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.'" (HR Muslim)
Mengubah dengan tangan maksudnya adalah dengan kekuasaan atau kekuatan. Mengubah dengan lisan dengan bersuara atau berteriak. Sedangkan jika kita hanya diam, walau tak setuju dengan kemungkaran tersebut, maka itulah selemah-lemahnya iman.
Ada pencopet beraksi di depan kita, apa reaksi kita? Kemungkinan satu dari tiga pilihan di atas. Ada tempat maksiat di lingkungan kita, apa reaksi kita? Pilih satu dari tiga pilihan di atas. Jika kita adalah penguasa/pemerintah di wilayah itu akan lebih mudah. Cukup dengan selembar kertas kita bisa menutup tempat itu. Jika bukan, maka tinggal dua pilihannya; bersuara atau mendesak penguasa/pemerintah untuk menutup tempat maksiat itu atau berdakwah di tempat maksiat itu, atau menyimpan ketidaksetujuan kita dalam hati. Lemah iman, kalo menurut hadits Rasul saw tadi.
Maka adalah hal wajar jika kita ingin punya pemimpin yang berani ber-nahi mungkar. Karena kategori "umat terbaik" tak akan pernah tercapai jika kita tak mampu nahi mungkar. Dan untuk nahi mungkar kita butuh "tangan" karena lisan sulit untuk mengubah. Apalagi cuma hati.
Wallahua'lam.