Bismillah

ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ‎​​​
Dengan nama ALLAH yg Maha Pengasih Maha Penyayang
In the name of ALLAH the Most Gracious the Most Merciful

Saturday, October 11, 2014

Ibu

Ibu sakit sudah lama. Saya lupa persisnya, tapi yang pasti waktu masih tinggal di Pondok Bambu, sekitar tahun 2010/2011, ibu sudah mulai sakit. Ibu sakit parkinson, sempat juga didiagnosa mengidap alzheimer, tapi belakangan sakit parkinsonnya yang lebih menonjol. Tahun 2012 sekitar bulan Mei / Juni ibu sempat drop banget karena penyakitnya itu. Tapi atas izin اللّه ibu bisa keluar dari Rumah Sakit meskipun tetap harus rutin rawat jalan.

Karena sakitnya, kemampuan fisik ibu semakin hari semakin menurun. Dari hanya kesulitan untuk memakai sandal jepit sendiri, hingga akhirnya harus menggunakan kursi roda dan dibantu orang lain di setiap kegiatannya. Hingga akhirnya, Jumat 29 Agustus 2014, datanglah berita itu; kesehatan ibu menurun drastis dan langsung dilarikan ke RS Pusat Otak Nasional di Cawang. Kami merujuk ke RS tersebut karena menduga parkinson ibu yang kumat. Namun mengejutkan, ternyata ibu infeksi pencernaan. Bertahun kami tahunya ibu sakit parkinson, tapi kali ini ibu drop karena infeksi pencernaan. Lebih mengejutkan lagi, gula darah ibu naik hingga 360. Selama ini ibu enggak pernah bermasalah dengan gula darahnya. Keluarga besar kami juga tidak punya riwayat diabetes. Karena ternyata diketahui penyebab ibu drop bukan parkinson, akhirnya ibu kami pindahkan ke RS Medistra untuk mendapatkan perawatan lebih intensive oleh dokter internist di sana.

Di Medistra, ibu langsung dimasukkan ke ruang ICU. Ketika masuk ICU itu ibu masih sadar, meskipun terlihat dari wajahnya ibu kesakitan :(. Tim dokter untuk menangani ibu pun ditentukan: Prof. dr. Lesmana (internist) dan dr. Manfaluthy (syaraf). Saat itu, ibu di diagnosa menderita 'sepsis' atau infeksi organ dalam menyeluruh. Berawal dari infeksi pencernaan plus kondisi ibu tubuh ibu yang sudah melemah, menyebabkan infeksi itu menyebar cepat. Ini juga yang menyebabkan gula darah ibu meningkat drastis, karena pankreas (penghasil insulin) ibu pun sudah terinfeksi. Satu hari di ICU, ibu kesulitan bernafas. Karena paru-paru ibu pun sudah terinfeksi dan ternyata paru-paru ini yang mengalami infeksi paling parah. Maka, satu orang dokter spesialis paru, dr. Martin, ditambahkan dalam tim dokter yang menangani ibu. Kondisi ibu yg sulit bernafas ini, membuat tim dokter memutuskan untuk memasang ventilator untuk membantu ibu bernafas. Untuk memasang ventilator ini, ibu harus dibius karena ada selang yang harus dimasukkan ke dalam kerongkongan ibu. Maka, sejak hari Minggu 31 Agustus 2014, ventilator terpasang di badan ibu. Sejak hari itu ibu sudah tidak sadar lagi, karena memang harus dibius untuk memaksimalkan kerja ventilator dan kerja obat.

Bergantian kami menunggu ibu di ICU. Senang sedih silih berganti menemani kami selama menunggu ibu. Senang ketika mendengar kabar kondisi ibu membaik, sedih ketika kondisi ibu menurun. Satu hal yang pasti, selama di ICU ibu sangat tergantung dengan alat dan obat. Kondisi ibu membaik jika tubuh ibu bisa merespon kerja obat dengan baik. Jika tidak yang terjadi sebaliknya. Alat dan obat juga harus dibantu oleh respon tubuh ibu. Tim dokter sendiri tidak bisa menentukan hingga kapan hal ini akan berlangsung.

Dalam masa2 ibu di ICU itu, ada saran dari kerabat / teman untuk memindahkan ibu ke kamar perawatan biasa. Lepas ventilator. Jadi ibu bisa sadar dan ditemani sanak saudara di kamar itu. Tidak kesepian seperti di ICU. Tapi sulit rasanya menerima saran itu. Manusia diwajibkan untuk ber-ikhtiar dan inilah ikhtiar kami. Ujung dari ikhtiar ini biarlah اللّه yang menentukan. Hingga tak terasa, sebulan lebih sudah ibu dirawat di ICU...


Seberapapun besar rasa cinta dan sayang kami kepada ibu, ternyata اللّه Sang Pemilik Hidup lebih sayang sama ibu. DIA memanggil ibu kembali pada-NYA pada 4 Oktober 2014 / 9 Dzulhijjah 1435 jam 15.20 wib.
اِنّا لِلّهِ وَاِنّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

اللّه berkehendak memanggil ibu di hari Wukuf. Sebagian umat Islam juga sudah ada yang melaksanakan sholat Idul Adha di hari ibu meninggal. Apapun, إن شاء الله hari meninggalnya ibu adalah hari baik. Malam itu jenazah ibu disemayamkan di rumah duka di Perum Jati Agung 1 - Bekasi. Ba'da Subuh jenazah ibu dimandikan dan dikafani. Jam 6.30 ibu dibawa ke tanah lapang tempat sholat Ied akan berlangsung. Di antara takbir / tahmid / tahlil diumumkan kepada jama'ah yang hadir di tanah lapang itu bahwa setelah khutbah Idul Adha akan dilaksanakan sholat jenazah. Dan مَاشَآءَاللّهُ, mulai dari sholat Ied, khutbah hingga sholat jenazah tidak ada jama'ah yang keluar dari shaf-nya. Kurang lebih 1200 orang men-sholat-i jenazah ibu & mendoakan beliau setelahnya. Semoga ini pertanda ibu husnul khatimah. Ya اللّه, kabulkan doa kami dan doa orang-orang baik yang meluangkan waktu untuk men-sholat-i jenazah ibu kami, aamiiin...



Ibu meninggal tepat di umur 70 tahun, ada 'bonus' 7 tahun jika mengacu pada umur RasuluLLAH saw saat beliau meninggal. Sepanjang hidupnya, ibu adalah istri, kakak & ibu yang baik. Ibu selalu mendahulukan / memikirkan orang lain lebih daripada dirinya sendiri. Ini yang mungkin membuat begitu banyak banyak doa, bantuan dan simpati mengalir untuk ibu, sejak dari sakit hingga meninggalnya ibu. بَارَكَ اللّهُ. Dari semua kebaikan itu, buat saya yang paling mengharukan adalah bantuan dari jama'ah masjid di komplek tempat ibu / ayah tinggal. Tak terbayangkan kami akan mendapat bantuan sebesar ini mengingat ibu belum lama tinggal di komplek itu. Selama tinggal di situ pun ibu dalam keadaan sakit, yang tidak memungkinkan ibu untuk bertegur sapa / beramah tamah dengan tetangga sekitar. Semoga اللّه berkenan membalas kebaikan mereka dengan kebaikan yang berlipat, aamiin..

اللَّهُمَّ اغْفِرْلَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهَا 

وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا وَوَسِّعْ مُدْخَلَهَا وَاغْسِلْهَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهَا مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَا وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهَا وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا وَأَدْخِلْهَا الْجَنَّةَ وَأَعِذْهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ

Ya اللّه,
Lapangkanlah kubur ibu kami, tempatkanlah dia di surga-MU kelak bersama orang-orang yang shalih.

Ya اللّه,
Berilah ibu kami balasan yang sebaik-baiknya, atas didikannya kepada kami dan pahala yang besar atas kasih sayang yang dilimpahkannya kepada kami. Peliharalah ibu kami sebagaimana beliau memelihara kami.

Ya اللّه,
Apa saja gangguan yang telah beliau rasakan atau kesusahan yang ibu derita karena kami, atau hilangnya sesuatu hak-nya karena perbuatan kami, maka jadikanlah itu semua penyebab susutnya dosa-dosa ibu dan bertambahnya pahala kebaikan ibu dengan perkenan-MU ya اللّه, hanya ENGKAU-lah yang berhak membalas kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.

Ya اللّه,
Bila magfirah-MU telah mencapai beliau sebelum kami, izinkanlah ibu kami memberi syafa'at untuk kami. Tetapi jika sebaliknya, maka izinkanlah kami memberi syafa'at untuk ibu kami, sehingga kami semua berkumpul bersama dengan santunan-MU di kediaman yang dinaungi kemulian-MU, ampunan-MU serta rahmat-MU.

Sesungguhnya ENGKAU-lah yang memiliki Karunia Maha Agung, serta anugerah yang tak berakhir dan ENGKAU-lah yang Maha Pengasih diantara semua pengasih.

اَمِينْ يَارَبَّ الْعَا لَمِيْنَََ