Bismillah

ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ‎​​​
Dengan nama ALLAH yg Maha Pengasih Maha Penyayang
In the name of ALLAH the Most Gracious the Most Merciful

Saturday, April 4, 2015

Zuf

Saya punya tetangga, namanya Zuf. Sering bertemu saat sholat berjamaah di masjid dekat rumah. Kesan pertama biasa aja, karena memang dia berpenampilan biasa seperti jamaah masjid yang lain. Cenderung pendiam, agak kaku, kerap menyapa dengan kalimat yg sama setiap kali bertemu dan bersalaman "Assalaamu'alaykum, sehat pak?" begitu terus tanpa dilanjutkan kalimat lain. 

Seperti muslim lainnya yg berusaha berpenampilan sesuai sunnah beliau berjenggot walau tak lebat dan bercelana cingkrang (di atas mata kaki) dalam kesehariannya. Ada juga tanda hitam di keningnya walau jelas dia bukan kaum syiah yg sujud di atas batu.

Jika ke masjid, beliau selalu mengajak 2 anak lelakinya. Yang paling besar kelas 6 SD, adiknya mungkin kelas 3 atau 4. Dalam beberapa kesempatan suara anaknya lah yang memecah keheningan komplek kami saat mengumandangkan adzan Subuh. Istrinya beberapa kali terlihat ikut sholat berjamaah di masjid walau tak sering.

Rumah kami berdekatan. Gang rumah dia tepat sebelum gang rumah saya. Rumah dua lantai. Bagus memang, tapi tak mencolok jika dibandingkan dengan rumah2 lain di lingkungan kami. Rumah yang biasa saja, menurut saya.

Itu semua kesan pertama saya: biasa saja.

Pandangan saya berubah sejak saya mendaftarkan anak saya untuk ikut TPA di masjid kami. Ketika meminta formulir untuk mendaftarkan anak saya, saya bertanya kepada ustadz soal uang pendaftaran dan iuran bulanan. Sampai di sini masih wajar kan? Menjadi tidak wajar ketika ustadz tersebut menjawab "Sementara ini TPA kami tidak memungut bayaran pak". Bingung saya. Kecuali sekolah milik pemerintah, sekolah mana yg gratis? Mungkin ada pendidikan gratis untuk orang-orang tidak mampu, tapi lingkungan kami ini jelas bukan lingkungan orang-orang tak mampu. Kami hanya dibebankan menyiapkan goody-bag (kantong plastik berisi snack & minuman) secara bergiliran yg akan diberikan kepada santri TPA, selepas mereka mengaji. Sebagai 'reward' (penyemangat) untuk anak-anak itu.

Hingga suatu saat TPA ini mengadakan outing untuk santri-santrinya. Outing yang, lagi-lagi, gratis. Tanpa dipungut bayaran sepeser pun. Malah anak-anak mendapat kaos seragam untuk dikenakan selama outing, seragam dengan ustadz / ustadzah mereka yang juga ikut dalam outing ini. Lokasi outing-nya tidak jauh dari perumahan kami. Utuk kendaraan ke lokasi outing menggunakan 3 unit bus berukuran sedang. Di sana anak-anak juga mendapat makan siang. Singkatnya, ada biaya dalam kegiatan ini yang pasti tidak sedikit. Mengapa kami, orangtua anak-anak tersebut, tidak mengeluarkan uang sepeser pun?

Saat mengantar anak saya pergi outing itulah saya tahu semuanya. Ternyata semua biaya outing itu ditanggung oleh tetangga saya itu. Zuf. Dia juga yang jadi alasan mengapa TPA di masjid kami itu gratis. Renovasi perluasan masjid kami tempo hari juga dia yang menanggung sebagian besar biayanya. Pembelian alat2 sound system, komputer, AC, karpet, lampu-lampu dan aksesoris lainnya juga dia yg menyediakan dananya. Untuk biaya operasional harian / bulanan masjid, termasuk listrik, air, maintenance, gaji ustadz tetap, honor ustadz di kajian2 khusus dan marbot, beliau juga yang menanggung, melalui perusahaan miliknya. Tak cukup itu, masjid kami juga memfasilitasi olahraga bulutangkis, futsal & sepakbola untuk anak-anak setiap minggu. Untuk sepakbola malah disediakan pelatihnya. Fasilitas ini terbuka untuk siapa saja, tak hanya jamaah masjid. Tak hanya muslim. Dan beliau juga yang menanggung biaya sewa lapangan & gaji pelatih. Masya Allah, tsumma masya Allah...

Zuf ini pemilik sebuah perusahaan workshop perkapalan. Setiap hari Jumat dia mengadakan kajian untuk karyawan di kantornya yg dekat dengan komplek kami. Tak jarang dia mengundang ustadz-ustadz yang cukup terkenal untuk mengisi kajian di kantornya. Saya dan istri pernah sekali diundang Zuf untuk hadir dalam majelis tersebut. Seluruh karyawannya ikut dan serius mengikuti kajian yang memang menarik. Istri saya pernah ikut sekali lagi dalam kajian rutin tersebut, dimana saya berhalangan hadir.

Rezeki yang dia dapat dari usahanya itulah yang menjadi jalan jihad buat Zuf. Jihad melalui hartanya. Membelanjakan harta di jalan Allah SWT.

Ya Allah, murahkanlah rezeki Zuf agar semakin banyak manfaat dan maslahat yang bisa dia berikan untuk kepentingan Islam dan muslimin/muslimat.

Ya Allah, gerakkanlah hati muslimin/muslimat yang punya kelapangan rezeki seperti Zuf untuk berjihad dengan hartanya di jalanMU.

Ya Allah, murahkanlah rezekiku dan mudahkanlah urusanku agar aku bisa seperti saudaraku Zuf.

Aamiiin yaa Robbal'alamiiin...

No comments:

Post a Comment